BAHASA SEBAGAI JATI DIRI
Dalam
kehidupan bahasa merupakan suatu hal yang penting untuk menunjukan kualitas
dari seseorang, pada dasarnya secara harfiah bahasa merupakan alat komunikasi
antara individu satu dangan yang lain. Bahasa juga dapat dijadikan alat
pergaulan dan menyatukan suatu kaum yang memiliki pemahaman yang sama.
A. Bahasa dalam kehidupan sehari-hari
Pada
dasarnya manusia sejak lahir sudah diajarkan bagaimana berinteraksi dengan
manusia lain, antara lain dengan bahasa. Sejak kita masih bayi orang tua
mengajarkan bagaimana kita memahami dari jenis-jenis nama benda, nama-nama
seseorang, atau nama makanan.
Itulah
bentuk betapa pentingnya bahasa untuk komunikasi sesama manusia sosial. Selang
berjalannya waktu disaat sudah memasuki dunia sekolah, bahasa lebih diajarkan
serta diterapkan penempatannya dengan baik. Siswa-siswa diajarkan bagaimana etikanya
berkomunikasi dengan orang yang lebih dewasa dari kita dan bagaimana
menyampaikan bahasa agar tidak salah penempatanya, dan dapat menimbulkan salah
argumentasi dari penyampaian bahasa yang kurang tepat.
Tidak
hanya di lingkungan sekolah, tempat tinggal
sekitar pun mempengaruhi bentuk pola bahasa nantinya kita ke depan, karena
secara tidak langsung kita akan didokstrin suatu bentuk kata-kata yang
berulang-ulang sehingga otak secara tidak langsung meng-output pola bahasa yang
tersimpan dalam otak.
B. Bahasa sebagai alat pergaulan
Semakin
banyak orang berinteraksi dengan individu yang lain semakin banyak kosakata
bahasa yang dikuasai orang tersebut. Ketika seseorang sudah beranjak dewasa
mulai terbentuklah karakteristik orang tersebut dari bagaimana cara dia
berbahasa. Bahasa juga dapat membedakan tingkat sosial seseorang, bila orang
tersebut adalah seorang yang berpendidikan rendah dan mungkin dia bekerja
sebagai petani tentu dari cara dia berkomunikasi bahasa yang digunakan tergolong biasa dan
kurang tertata rapi. Berbeda dengan seseorang yang memang dia berpendidikan
tinggi, dan mungkin juga dia seseorang yang bekerja dengan jabatan yang
strategis seperti contohnya pejabat negara, direktur, atau pengusaha besar.
Mereka tentu banyak berinteraksi dengan orang banyak serta dari jabatannya
tersebut ia dituntut untuk bisa menyampaikan maksud dari suatu tujuan yang
diperintahkan atasannya.
C. Bahasa sebagai Jati Diri
Disaat
kita sudah menyelesaikan akhir pendidikan tentu kita dituntut untuk mencari
pekerjaan, disinilah tumbuh suatu bentuk jati diri dan karateristik kita dalam
mengimplementasikan bahasa yang sudah kita pelajari.
Ada
kalanya bahasa itu juga susah di utarakan penempatannya disaat pada
kondisi-kondisi tertentu, antara lain disaat sedang grogi, saat dalam keadaan
terdesak, disaat kita takut, ataupun pada kondisi pada saat kita lupa untuk
mengutarakan kalimat yang benar.
Bahasa
juga tidak hanya diterapkan dalam dunia pendidikan, di dunia kerja bahasa juga
sangat di utamakan dalam merekrut pegawai pada suatu perusahaan. Tentu bagi
kita yang suda pernah mencari perkerjaan tahu tahapan-tahapan apa saja sebelum
ditrimanya seorang pegawai.
Ada
tahapan psikotes, yakni tes tertulis untuk mengetahui seberapa luas intelektual
seorang calon pegawai yang akan bekerja diperusahaan tersebut. Bila mana
dikatakan lolos pada tahap selanjutnya ada tes fisik, untuk mengetahui seberapa
sehat fisik calon pegawai tersebut. Tentu suatu perusahaan tidak ingin
mendapati calon pegawai yang mengidap penyakit tertentu atau penyakit kronis.
Dan bila
memang ditahap sebelumya dinyatakan lolos tahap selanjutnya yakni adalah interview atau wawancara, bagi banyak orang
mungkin ditahap inilah yang memang benar-benar sulit. Karena ditahap inilah
dapat dilihat terbentuknya karateristik serta seberapa luas inteletualitas
seseorang, maka dari itu pentingnya suatu bahasa.
D. Bahasa cermin jati diri bangsa
Negara
indonesia terkenal sebagai negara yang kaya dan budaya yang kaya. Kaya akan
pulau-pulaunya, kaya akan adat istiadatnya serta kaya akan bahasa. Namun dewasa
ini di era milenium dan akan memasuki era globalisasi penerapan bahasa semakin
ngawur dan salah kaprah.
Kondisi
ini sangat memprihatinkan dimana para generasi muda sudah tidak mau menggunakan
lagi bahasa dimana ia tinggal, semua telah diracuni akan bahasa-bahasa asing
yang memang nyatanya bagi mereka membuat percaya diri disaat menggunakannya.
Mereka
lebih pede dengan bahasa-bahasa alay atau pun dengan bahasa asing yang
memang tidak sesuai dalam kesopannya. Coba saja dilihat pada jujaring sosial
atau di sekolah-sekolah, mereka lebih senang bila dengan menggunakan kata-kata on the way.., oh my god..., my darling ataupun follow me.
Sikap
inilah yang menghancurkan jati diri suatu bangsa dan terkikisnya bentuk rasa
nasionalisme, memang sudah saatnya kita berbenah diri untuk memperbaiki semua
problematika yang ada dalam berbahasa dalam berbangsa, karena bangsa yang hebat
adalah masyarakat yang mencintai bangsanya sendiri.
Bukan
hanya itu bahasa juga dapat dijadikan simbol betapa hebatnya suatu negara.
Sudah semestinya kita mencintai bahasa bangsa sendiri, bukan hanya sebagai
dasar nasionalisme namun juga sebagai bentuk jati diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar